Probolinggo, 8 November 2023 – Menurut World Health Organization (WHO), stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar stunting merupakan gagal tumbuh pada balita. Salah satunya disebabkan akibat kurangnya gizi dalam jangka waktu yang lama dan kondisi malnutrisi yang dipengaruhi oleh kesehatan ibu saat hamil. Di Indonesia, berdasarkan data Asian Development Bank, pada tahun 2022 persentase Prevalence of Stunting Among Children Under 5 Years of Age di Indonesia sebesar 31,8 persen. Dibalik usaha pemerintah untuk menyelesaikan isu ini, tetapi penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 hingga 2022 masih belum dapat memenuhi standar dari World Health Organization (WHO) di bawah atau kurang dari 20 persen. Untuk itu, perlu adanya upaya menekan angka stunting dengan berbagai cara agar dapat memenuhi angka prevalensi stunting sesuai dengan standar WHO.
Di Probolinggo sendiri angka stunting masih dibilang masih cukup tinggi. Berdasarkan Studi Survei Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 angka stunting di Probolinggo meningkat 4,3 persen menjadi 23,3 persen. Padahal, tahun sebelumnya hanya di 19 persen. Angka ini masih di atas target stunting nasional. Menurut Kepala Dinkes P2KB Kota Probolinggo, Nurul Hasanah Hidayati, prevalensi stunting tahun 2023 ditargetkan sebesar 13,8 persen. Pada 2024 ditargetkan 11,1 persen. Dalam rangka percepatan penurunan stunting di Kabupaten Probolinggo tahun 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo melakukan review kinerja lokus desa stunting. Salah satunya adalah Desa Pohsangit Leres, Kecamatan Sumberasih.
Project SDGs “Menuju Zero Stunting di Desa Pohsangit, Kabupaten Probolinggo” telah berhasil dilaksanakan pada hari Rabu 8 November 2023 di puskesmas desa Pohangsahit, Probolinggo pada pukul 09.00 wib. Sasaran dari project ini adalah Ibu-ibu yang belum atau sedang hamil. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi mengenai gizi ini dihadiri sekitar 20 peserta yang merupakan ibu-ibu hamil. Kegiatan ini dibuka dengan memperkenalkan kelompok dan menjelaskan tujuan dari kegiatan ini, dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi mengenai gizi yang baik untuk ibu hamil, kemudian pembagian hadiah yang diberikan kepada peserta yang aktif bertanya, dan ditutup dengan dokumentasi bersama. Selama kegiatan kelompok kami bermitra dengan kepala desa dan juga ibu bidan yang ada puskesmas yang ada di desa Pohsangit
Pelaksanaan project ini juga ditujukan untuk mendukung SDGS kedua yaitu “Zero Hunger”. Menghilangkan Kelaparan, Mencapai Ketahanan Pangan dan Gizi yang Baik. Dengan fokus poin 2.2 yaitu pada 2030, mengakhiri segala bentuk kekurangan gizi, termasuk mencapai pada 2025, target yang disepakati secara internasional terkait stunting dan wasting pada balita, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, perempuan hamil dan menyusui, serta orang tua.
Saran Kebijakan
Untuk dapat mengatasi permasalahan Stunting di Indonesia, khususnya di Kabupaten Probolinggo yang menjadi tempat sasaran terlaksananya kegiatan sosialisasi mengenai Stunting ini, maka diperlukan diperlukan kontribusi dan kolaborasi para pembuat kebijakan yang dapat mempertimbangkan sejumlah saran kebijakan yang terintegrasi. Bagi pemangku kebijakan lokal, perlu untuk mengembangkan dan memperkuat setiap program mengenai pendidikan gizi yang lebih spesifik bagi masyarakat. Pemerintah lokal wajib aktif memberikan penyuluhan di tingkat desa, kelurahan dan unit terkecil mengenai Stunting. Pemerintah lokal dapat menjalin kolaborasi dengan komunitas dan lembaga pendidikan setempat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pola makan sehat dengan cara memainkan peran aktif posyandu dan puskesmas dalam pemantauan Stunting.
Pemerintah lokal juga dapat mengembangkan program dukungan terhadap petani supaya meningkatkan hasil produksi pangan yang berkualitas dan memberi insentif serta pelatihan mengenai praktik pertanian sehingga mendorong pertumbuhan produksi dan ketersediaan pangan yang bergizi. Pemerintah pusat memiliki peran penting dalam menuntaskan permasalahan Stunting secara nasional. Pemerintah pusat perlu memperkuat program subsidi bagi kebutuhan gizi masyarakat, khususnya bagi yang berpenghasilan rendah. Pemerintah pusat perlu memastikan kembali distribusi makanan dan suplemen gizi sesuai kebutuhan masyarakat. Memperkuat regulasi terkait iklan makanan yang tidak sehat, terlebih yang ditargetkan terhadap anak-anak.
Terakhir, diperlukan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap implementasi kebijakan dan program penanggulangan stunting. Dengan data dan informasi yang tepat dapat membantu dalam pembuatan kebijakan yang tepat sehingga terjadi penyesuaian kebijakan agar program yang dijalankan dapat efektif dan berkelanjutan. Saran kebijakan ini diharapkan dapat mendukung tercapainya target dari Sustainable Development Goals (SDGs) pada poin kedua, yaitu “Zero Hunger”. Dengan implementasi saran kebijakan yang efektif dan terkoordinasi, diharapkan permasalahan Stunting di Indonesia, khususnya di Probolinggo dapat cepat teratasi.
Tags: HandaruanxLABIRIN, Social Projects, SGDs

Leave a comment